Kesehatan Mental remaja dan perspektif Islam

pengertian kesehatan mental

Dalam buku Mental Hygiene, Kesehatan mental berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, bagaimana seseorang memikirkan, merasakan dan menjalani keseharian dalam kehidupan; Kedua, bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan orang lain; dan Ketiga, bagaimana seseorang mengevaluasi berbagai alternatif solusi dan bagaimana mengambil keputusan terhadap keadaan yang dihadapi(Yusuf 2011).

Kesehatan mental merujuk pada kesehatan seluruh aspek perkembangan seseorang, baik fisik maupun psikis. Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya dalam mengatasi stress, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, bagaimana berhubungan dengan orang lain, serta berkaitan dengan pengambilan keputusan.

Kesehatan mental tiap individu berbeda dan mengalami dinamisasi dalam perkembangannya. Karena pada hakitkatnya manusia dihadapkan pada kondisi dimana ia harus menyelesaikannya dengan beragam alternatif pemecahannya. Adakalanya, tidak sedikit orang yang pada waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental dalam kehidupannya.

Menurut Daradjat, kesehatan mental merupakan keharmonisan dalam kehidupan yang terwujud antara fungsifungsi jiwa, kemampuan menghadapi problematika yang dihadapi, serta mampu merasakan kebahagiaan dan kemampuan dirinya secara positif (Daradjat 1988). Selanjutnya ia menekankan bahwa kesehatan mental adalah kondisi dimana individu terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala penyakit jiwa (psychose).

Menurut H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosoilogi, dan agama. Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan Kesehatan Mental| 11 ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, tenteram (Jalaluddin 2015). Pengertian lainnya tentang kesehatan mental, yakni terwujudnya keserasian yang sesungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuain diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat (Hasneli 2014).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi seseorang yang memungkinkan berkembangnya semua aspek perkembangan, baik fisik, intelektual, dan emosional yang optimal serta selaras dengan perkembangan orang lain, sehingga selanjutnya mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Gejala jiwa atau fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, kemauan, sikap, persepsi, pandangan dan keyakinan hidup harus saling berkoordinasi satu sama lain, sehingga muncul keharmonisan yang terhindar dari segala perasaan ragu, gundah, gelisah dan konflik batin (pertentangan pada diri individu itu sendiri).


Definisi Kesehatan Mental Dalam Islam

Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1985) 3 , mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian:

1. Terhindarnya orang dari gejalagejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala gejala penyakit jiwa (psychose). 

2. Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. 

3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa. 

4. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh sungguh antara fungsi fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.

Sementara Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa: “Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.

Sesuai dengan pengertian Islam ditinjau dari segi bahasanya dan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah: 

1. Berasal dari ‘salm’ (م ْ (ال َّسل yangberarti damai.(QS. 8:61) 

2. Berasal dari kata ‘aslama’ (َ ْسلَم َ (أ berarti menyerah.(QS. 4:125) 

3. Berasal dari kata istaslama– mustaslimun ( َ :(ا ْستَ ْسل - ُم ْستَ ْسلِ ُمْو َن َم penyerahan total kepada Allah.(QS. 37 : 26) 

4. Berasal dari kata ‘saliim’ (م ِسلَ يْ ( yang berarti bersih dan suci.(QS. 26:89) 

5. Berasal dari ‘salam’ (م yang ) َسالَ berarti selamat dan sejahtera.(QS. 19:47) Dihubungkan dengan pengertian Islam bahwa kesehatan mental dari sisi perspektif Islam merupakan suatu kemampuan diri individu dalam mengelola terwujudnya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat..

Karakteristik Kesehatan Mental

Berikut ini merupakan ciri-ciri mental yang sehat (Yusuf 2011), yakni :

1. Terhindar dari gangguan jiwa. Terdapat 2 Kondisi kejiwaan yang terganggu yang berbeda satu sama lain, menurut Darajat(Daradjat 1975) yaitu gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psikose). Ada perbedaandiantara dua istilah tersebut. Pertama, neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sementara psikose tidak, individu dengan psikose tidak mengetahui masalah/kesulitan yang tengah dihadapinya.

Kedua, kepribadian neurose tidak jauh dari realitas dan masih mampu hidup dalam realitas dan alam nyata pada umumnya, sedangkan kepribadian psikose terganggu baik dari segi tanggapan, perasaan/emosi, serta dorongan-dorongannya, sehingga individu dengan psikose ini tidak memiliki integritas sedikitpun dan hidup jauh dari alam nyata.

Mental yang sehat merupakan mental yang terhindar baik dari gangguan mental, maupun penyakit mental. Dalam hal ini, individu dengan mental yang sehat, mampu hidup di alam nyata dan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya.

2. Mampu menyesuaikan diri. Penyesuain diri (self adjustment) adalah proses dalam memperoleh/pemenuhan kebutuhan (needs satisfaction), sehingga individu mampu mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu melalui alternatif cara-cara tertentu.

Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik apabila ia mampu mengatasi kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya, secara wajar, tidak Kesehatan Mental| 13 merugikan diri sendiri dan lingkungannya, dan sesuai dengan norma sosial dan agama.

3. Mampu memanfaatkan potensi secara maksimal Selain mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan berbagai alternatif solusi pemecahannya, hal penting lainnya yang merupakan indikasi sehat secara mental adalah secara aktif individu mampu memanfaatkan kelebihannya. Yaitu dengan cara mengeksplor potensi semaksimal mungkin.

Memanfaatkan potensi secara maksimal dapat dilakukan dengan keikut sertaan secara aktif oleh individu dalam berbagai macam kegiatan yang positif serta konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. Misalnya dengan kegiatan belajar (di rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, olahraga, pengembangan hobi serta kegiatan-kegiatan positif lainnya yang mampu memicu eksplorasi potensi masing-masing individu.

4. Mampu mencapai kebahagiaan pribadi dan orang lain Poin ini dimaksudkan pada segala aktifitas individu yang mencerminkan untuk mencapai kebahagiaan bersama. Individu dengan mental yang sehat menunjukkan perilaku atau respon terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, dengan perilakuatau respon positif. Respon positif tersebut berdampak positif pula baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan diri sendiri, serta tidak mencari kesempatan / keuntungan diatas kerugian orang lain, merupakan bagian dari pencapaian kebahagiaan pribadi dan orang lain. Individu dengan gambaran diatas selalu berupaya untuk mencapai kebahagiaan bersama tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Berikut merupakan ciri kejiwaan yang sehat menurut Sikun (Yusuf 2011), yakni;

1. Memiliki perasaan aman, yang terbebas dari rasa cemas. 

2. Memiliki harga diri yang mantap. 

3. Spontanitas dalam kehidupan dengan memiliki emosi yang hangat & terbuka. 

4. Memilikui keinginan-keinginan duniawi yang wajar sekaligus seimbang, dalam artian mampu memuaskannya secara positif dan wajar pula. 14| Diana Vidya Fakhriyani 

5. Mampu belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan oran lain. 

6. Tahu diri, yakni mampu menilai kekuatan dan kekurangan dirinya baik dari segi fisik maupun psikis, secara tepat dan obyektif. 

7. Mampu memandang fakta sebagai realitas dengan memperlakukannya sebagaimana mestinya (tidak berkhayal). 

8. Toleransi terhadap ketegangan atau sres, artinya tidak panik saat menghadapi masalah sehingga tetap positif antara fisik, psikis, dan sosial. 

9. Memiliki integrasi dan kemantapan dalam kepribadiannya. 

10. Mempunyai tujuan hidup yang adekuat (positif dan konstruktif). 

11. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman. 

12. Mampu menyesuaikan diri dalam batas-batas tertentu sesuai dengan norma-norma kelompok serta tidak melanggar aturan-aturan yang telah disepakati bersama atau aturan yang ditentukan dalam kelompok. 

13. Memiliki kemampuan untuk tidak teikat penuh oleh kelompok. Artinya memiliki pendirian sendiri sehingga mampu menilai baik-buruk maupun benar-salah mengenai kelompoknya.

Menurut WHO, menyebutkan bahwa karakteristik mental yang sehat adalah sebagai berikut. 

1. Mampu belajar sesuatu dari pengalaman, 

2. Mampu beradaptasi, 

3. Lebih senang memberi daripada menerima, 

4. Lebih cenderung membantu daripada dibantu, 

5. Memiliki rasa kasih sayang, 

6. Memperoleh kesenangan dari segala hasil usahanya, 

7. Menerima kekecewaan dengan menjadikan kegagalan sebagai pengalaman, serta 

8. Selalu berpikir positif (positive thinking).

 Secara rinci, Yusuf menyebutkan karakteristik pribadi yang sehat mentalnya pada tabelberikut ini(Yusuf 2011).

Ruang Lingkup Kesehatan Mental

Kesehatan mental dapat diterapkan pada remaja bahkan dapat di semua unit kehidupan sosial, misalnya lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan sosial pada umumnya. Penerapan serta pengembangan kesehatan mental di unit-unit sosial terorganisir ini didasarkan pada prinsip psikologis. Artinya, perkembangan kesehatan mental individu ditentukan oleh kualitas kondisi psikologis / iklim lingkungan dimana individu berada.

Kesehatan Jiwa Remaja

Masa remaja menurut World Health Organitation (WHO) merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa; berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri pada masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja, (14- 17 tahun). Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan biologis, psikologis, maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan ! sik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (Psikososial) (Huang et al., 2007). Seorang anak remaja tidak lagi didapat sebagai anak kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua, disisi lain pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan, dukungan perlindungan orang tuanya (Guzmdn et al., 2004).

Kesehatan Mental dalam Keluarga 

Penerapan kesehatan mental dalam keluarga sangat penting untuk tercapainya suasana yang harmonis antar anggota keluarga. Apabila hubungan interpersonal keluarga misalnya, antar suami-istri, orangtua-anak, atau antar saudara kurang harmonis, maka dalam keluarga tersebut akan tercipta iklim psikologis yang tidak kondusif dan tidak nyaman. Contohnya, sikap permusuhan, sibling rivalry yang tidak sehat sehigga meneyebabkan iri hati (cemburu), terjadinya pertengkaran, tidak memperhatikan nilai-nilai moral. Suasana yang demikian kemudian dapat menyebabkan individu dalam keluarga, khususnya anak mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan dalam perkembangan untu mencapai mental yang sehat.

Sehingga sangatlah penting bagi suami istri dalam mengelola keluarga untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam keluarga terutama bagi anak. Maka dari itu konsep keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah untuk memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip kesehatan mental, sangat diperlukan karena berfungsi untuk mengembangkan mental yang sehat serta mencegah terjadinya mental yang sakit pada anggota keluarga.

Kesehatan Mental di Sekolah 

Jika kesehatan mental di dalam keluarga dipengaruhi oleh iklim psikologis dalam keluarga, maka kesehatan mental di sekolah didasarkan pada asumsi bahwa “perkembangan kesehatan mental peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio emosional di sekolah.” Pengetahuan serta pemahaman pimpinan sekolah, para guru, terutama guru BK atau konselor tentang Kesehatan Mental| 17 kesehatan mental sangatlah penting. Pimpinan dan para guru dapat menciptakan iklim kehidupan sekolah, baik fisik, emosional, sosial, mapun moral spiritual dalam rangka perkembangan kesehatan mental siswa yang optimal. Di sisi lain dapat pula memantau gejala gangguan mental para siswa sejak dini. Dengan pemahaman akan kesehatan mental siswa, guru dapat memahami masalah kesehatan mental yang dapat ditangani sendiri serta masalah yang membutuhkan penanganan khusus yang dapat dirujuk kepada para ahli yang lebih profesional.

Para guru di SLTP dan SLTA penting dalam memahami kesehatan mental siswanya yang berada pada masa transisi. Tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan mengembangkan mentalnya karena terhambat oleh masalah-masalahnya, seperti penyesuaian diri, konflik dengan orang tua atau teman, masalah pribadi, masalah akademis , dan masalah lainnya yang dapat menghambat ekplorasi potensi siswa, bahkan dapat menyebabkan stres.

Kesehatan Mental di Tempat Kerja 

Peranan penting lingkungan kerja dalam kehidupan manusia, juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Lingkungan kerja tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah, ajang persaingan bisnis, dan peningkatan kesejahteraan hidup, tetapi juga menjadi sumber stres yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang yang berinteraksi di tempat tersebut, misalnya individu yang terkait di dalamnya diantaranya adalah pejabat, pimpinan, pegawai atau karyawan.

Masalah yang mengakibatkan gangguan mental di tempat kerja, diantaranya diakibatkan oleh stres. Stres yang sering muncul di lingkungan kerja, diantaranya adalah: 

a. Kekecewaan atas kurang terjaminnya kesejahteraan, dalam hal ini, honor atau gaji serta tunjangan yang diterima tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari 

b. Konflik di tempat kerja dengan personil lainnya, contohnya dengan atasan, kolega atau dengan partner 

c. Pekerjaan yang sedang dijalani tidak sesuai dengan passion serta kemampuan dirinya 18| Diana Vidya Fakhriyani 

d. Kompetisi atau persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar pimpinan atau karyawan 

e. Beban kerja yang terlalu berat, terlebih tidak sebanding dengan honor yang dibayarkan 

f. Lingkungan kerja yang kurang kondusif, misalnya terlalu bisng, kotor, sumpek, ventilasi udara yang tidak ideal 

g. Waktu istirahat yang kurang 

h. Hari libur yang kurang jika dibandingkan dengan rutinitas bekerja yang terlalu padat 

i. Tidak adanya komunikasi terbuka antara pimpinan dan karyawan 

j. Jenjang karir atau kenaikan pangkat/golongan yang tidak tertata dengan baik 

k. Pegawai/karyawan kurang diberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah sesuai keyakinan.

Apabila masalah-masalah tersebut menimpa suatu lembaga atau perusahaan, maka akan terjadi stagnasi produktivitas kerjadi di kalangan pimpinan atau karyawan. Jika hal ini terjadi, maka tinggal menunggu kebangkrutan lembaga atau perusahaan tersebut

Sehingga untuk tercapainya keberhasilan, keuntungan serta produktivitas kerja pawa karyawan/pegawai, maka pimpinan seyogyanya memperhatikan kesehetan mental kara bawahannya agar tercipta kondisi yang kondusif. Maka para pimpinan lembaga pemerintah/swasta penting dalam mengembangkan kiat-kiat untuk mencegah terjadinya masalah mental seperti gangguan emosional dengan meminimalisir sumber yang dapat menyebabkan stres berlebih.

Prinsip-prinsip Kesehatan Mental 

Prinsip-prinsip kesehatan mental merujuk pada hakikat kesehatan mental serta kriterianya, yaitu kondisi yang dapat membentuk hubungan antara kesehatan mental, kepribadian dengan aspek-aspek lainnya yang beragam. Prinsip-prinsip kesehatan mental menurut Schneiders didasarkan pada beberapa kategori(Schneiders 1964), yakni pertama, hakikat manusia sebagai organisme; kedua, hubungan manusia dengan lingkungannya; ketiga, Hubungan manusia dengan Tuhan.

Prinsip Berdasarkan Hakikat Manusia Sebagai Organisme

a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung pada kondisi jasmani yang baik dan integritas organisme. 

b. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka perilaku individu harus sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia yang memiliki moral, intelektual, agama, emosional, dan sosial. 

c. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai melalui integrasi dan kontrol diri, baik dalam cara berpikir, berimajinasi, memuaskan keinginan, mengekspresikan perasaan, serta bertingkah laku. 

d. Dalam mencapai dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, diperlukan pengetahuan serta pemahaman diri yang luas mengenai diri sendiri (self insight). 

e. Kesehatan memerlukan konsep diri (pengetahuan dan sikap terhadap kondisi fisik dan psikis diri sendiri) secara sehat yang meliputi penerimaan diri serta penghargaan terhadap status diri sendiri secara realistik dan wajar. 

f. Untuk mencapai kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka pemamhaman diri (self insight) dan penerimaan diri (self acceptance), hendaknya disertai dengan upaya-upaya perbaikan diri (self improvement) serta perwujudan diri. 

g. Kesehatan mental dan penyesuaian diri yang baik dalam mencapai kestabilan dapat dilakukan dengan mengembangkan moral yang luhur dari dalam diri sendiri, misalnya dengan mengembangkan sikap adil, Kesehatan Mental| 21 hati-hati, keteguhan hati, semangat, integritas pribadi, rendah hati, kejujuran, dan segala bentuk sikap positif yang dapat dikembangkan berkenaan dengan pengembangan moral masing-masing individu. 

h. Pencapaian dan pemeliharaan kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung pada penanaman dan pengembangan kebiasaan yang baik (good habits). 

i. Kestabilan mental dan penyesuaian diri menuntut adanya kemampuan melakukan perubahan sesuai dengan keadaan (kondisi kingkungan) dan kepribadian. 

j. Kesehatan mental dan penyesuaian diri memerlukan usaha yang terus menerus untuk mencapai kematangan berpikir, mengambil keputusan, mengekspresikan emosi, dan melakukan tindakan. 

k. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai dengan belajar mengatasi konflik dan frustasi serta ketegangan-ketegangan secara efektif.

Tujuan & Fungsi Kesehatan Mental bagi Kehidupan Individu

Manusia diciptakan dengan fitrahnya, yakni menginginkan kehidupan yang bahagia, nyaman, sejahtera dan sesuai keinginannya, baik secara pribadi maupun dalam kelompoknya. Dalam upaya mencapai keinginan-keinginan tersebut, kesehatan mental memegang peranan penting dalam kehidupan individu. Berikut akan dipaparkan mengenai tujuan dan fungsi kesehatan mental bagi kehidupan individu.

1. Tujuan Kesehatan Mental Menurut Sudari, tujuan kesehatan mental adalah:

a) Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan yang sehat 

b) Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebabsebab gangguan metal dan penyakit mental. c) Mengusahakan pencegahan berkembangnya bermacam-macam ganguan mental dan penyakit mental. d) Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap ganguan dan penyakit mental.(Sundari HS 2005) 

Dari uraian tujuan kesehatan mental diatas, bahwasanya kesehatan mental dapat tercapai apabila masing-masing individu berkemauan dalam mencegah timbulnya gangguan jiwa maupun penyakit jiwa.

Agar tercapai tujuan kesehatan mental, maka diperlukan berbagai upaya yang hendaknya dilakukan oleh masing-masing individu, diantaranya adalah usaha preservatif (pemeliharaan); prefentif (pencegahan); suportif (development / improvement, yakni pengembangan / peningkatan), dan amelioratif/korektif (perbaikan). Upayaupaya tersebut juga merupakan fungsi dari kesehatan mental yang akan dipaparkan dalam pembahasan berikutnya.

Fungsi Kesehatan Mental 

Kesehatan mental berfungsi dalam memelihara dan mengembangkan kondisi mental individu agar sehat, serta terhindar dari mental illness (sakit mental). Fungsi-fungsi kesehatan mental dapat digambarkan melalui main mappping berikut ini.

Prevention (preventif/pencegahan) Kesehatan mental berfungsi untuk mencegah terjadinya kesulitan atau gangguan mental sehingga terhindar dari penyakit mental. Fungsi ini menerapkan prinsip-prinsip yang berupaya agar tercapai mental yang sehat, misalnya dengan memelihara kesehatan fisik serta pemenuhan atas kebutuhan psikologis. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan fisik (physical health) serta pemenuhan kebutuhan psikologis, seperti memperoleh kasih sayang, rasa aman, penghargaan diri, aktualisasi diri sebagai mana mestinya sehingga individu mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

Penerapan kesehatan mental di semua lingkup hidupnya (di rumah, sekolah, tempat kerja dan lingkungan lainnya), sangat menentukan mental yang sehat serta dapat mencegah dari gangguan mental. Di lingkungan rumah, sikap dan perlakuan yang hangat dari orangtua, kasih sayang, penerimaan diri serta penghargaan oleh orang-orang di sekitar individu, sangat memungkinkan untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik.

Hubungan interpersonal yang baik antar keluarga dapat menciptakan suasana kondusif yang juga dapat mendukung perkembangan mental anak yang sehat. Kesehatan mental anak ditandai dengan kondisi anak yang bahagia, ceria, serta mampun menyesuaikan diri di lingkungannya seperti mampu bermain dengan teman sebayanya.

Amelioration (amelioratif/kuratif/korektif/perbaikan) Fungsi ini merupakan upaya perbaikan diri dalam meningkatkan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Selanjutnya, perilaku individu dan mekanisme pertahanan diri dapat terkontrol dengan baik.

Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam perkembangan psikisnya yang tampak melalui perilakunya, misalnya, tantrum, perilaku ngempol (mengemut jempol), perilaku agresif dan perilaku lainnya yang membutuhkan perbaikan, maka perilaku tersebut penting menggunakan fungsi amelioratif dalam kesehatan mental.

Preservation (preservasi/pengembangan) atau development (pengembangan) / improvement (meningkatkan) Preservatif atau supportif merupakan fungsi pengembangan yang merupakan upaya dalam mengembangkan kerpibadian atau mental yang sehat, agar seseorang mampu meminimalisir kesulitankesulitan dalam perkembangan psikisnya.

Kesehatan mental penting untuk dikembangkan, namun tidak setiap orang dapat mencapai mental yang sehat dengan mudah. Ada orang dengan kondisi mental yang sehat dan perlu pencegahan terhadap gangguangangguan mental, namun beberapa diantaranya mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya. Sehingga masing-masing individu berbeda dalam penerapan fungsi kesehatan mentalnya, baik preventif, amelioratif, maupun preservatif.

Kondisi kesehatan mental yang sulit dicapai, akan berkembang pribadi yang memiliki mental yang sakit (mental illness), dengan beberapa ciri. Menurut Thorpe, ciri-ciri orang yang tidak sehat mentalnya yaitu(Schneiders 1964): 

Merasa tidak bahagia dalam kehidupan dan hubungan sosial, Merasa dalam keadaan tidak aman, diekam dengan rasa takut dan khawatir yang mendalam Kesehatan Mental| 25, Tidak percaya akan kemampuan diri, Tidak mmeiliki kematangan emosional, Kepribadian yang kurang mantap, Mengalami gangguan dalam sistem syarafnya, Tidak dapat memahami kondisi dirinya sendiri. Lebih lanjut, mental illness ditandai dengan: 

 Anxiety (kecemasan/kegelisahan) dalam kehidupan individu, Mudah tersinggung/marah, Agresif & destruktif (merusak),Pemarah yang berlebih,Tidak mampu menghadapi kenyataan secara realistik , Memiliki gejala psikosomatis (sakit fisik yang diakibatkan oleh gangguan psikis, misalnya karena stres), Tidak beriman pada Allah SWT, Tuhan semesta alam.

 Apabila perilaku-perilaku yang dapat mengacaukan kesehatan mental, seperti dicontohkan diatas lebih dominan dalam kehidupan ini bukan tidak mungkin akan muncul berbagai perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut misalnya, tawuran antar geng pelajar, free sex, miras & narkoba yang marak dikonsumsi, korupsi, prostitusi, human trafficking, perselingkuhan, perjudian, dan perilaku-perilaku menyimpang lainnya, dimana perilaku individu tersebut mengindikasikan adanya masalah dengan kesehatan mentalnya.

sejarah kesehatan mental

Kesehatan mental merupakan salah satu kajian dalam ilmu kejiwaan yang sudah dikenal sejak abad-19, seperti di Jerman tahun 1875 M. Kesehatan mental sebagai suatu kajian ilmu jiwa walaupun dalam bentuk sederhana. Pada pertengahan abad ke-20 kajian mengenai kesehatan mental sudah jauh berkembang dan maju dengan pesat sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi modern (Ramayulis 2002). Ia merupakan suatu ilmu yang praktis dan banyak dipraktikkan dalam kehidupan manusia sehari-hari, baik dalam bentuk bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di semua aspek kehidupan individu, misalnya dalam rumah tangga, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga pendidikan dan dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat misalnya, dengan berkembangnya klinik-klinik kejiwaan dan munculnya lembaga-lembaga pendidikan kesehatan mental. Semuanya ini dapat menjadi pertanda bagi perkembangan dan kemajuan ilmu kesehatan mental (Ramayulis 2002).

Ringkasan

Dalam buku Mental Hygiene, Kesehatan mental berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, bagaimana seseorang memikirkan, merasakan dan menjalani keseharian dalam kehidupan; Kedua, bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan orang lain; dan Ketiga, bagaimana seseorang mengevaluasi berbagai alternatif solusi dan bagaimana mengambil keputusan terhadap keadaan yang dihadapi. Kesehatan mental merujuk pada kesehatan seluruh aspek perkembangan seseorang, baik fisik maupun psikis. Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya dalam mengatasi stress, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, bagaimana berhubungan dengan orang lain, serta berkaitan dengan pengambilan keputusan. Kesehatan mental tiap individu berbeda dan mengalami dinamisasi dalam perkembangannya. Karena pada hakitkatnya manusia dihadapkan pada kondisi dimana ia harus menyelesaikannya dengan beragam alternatif pemecahannya. Adakalanya, tidak sedikit orang yang pada waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental dalam kehidupannya. Menurut Daradjat, kesehatan mental merupakan keharmonisan dalam kehidupan yang terwujud antara fungsifungsi jiwa, kemampuan menghadapi problematika yang dihadapi, serta mampu merasakan kebahagiaan dan kemampuan dirinya secara positif . Selanjutnya ia menekankan bahwa kesehatan mental adalah kondisi dimana individu terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari gejala penyakit jiwa . Menurut H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosoilogi, dan agama. Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan Kesehatan Mental| 11 ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, tenteram . Pengertian lainnya tentang kesehatan mental, yakni terwujudnya keserasian yang sesungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuain diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat . Definisi Kesehatan Mental Dalam Islam Prof. Dr. Zakiah Daradjat 3 , mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian: Terhindarnya orang dari gejalagejala gangguan jiwa dan dari gejala gejala penyakit jiwa . Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh sungguh antara fungsi fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Berasal dari ‘salm’ م ْ ال َّسل yangberarti damai. Berasal dari kata ‘aslama’ َ ْسلَم َ أ berarti menyerah. Berasal dari kata istaslama– mustaslimun َ :ا ْستَ ْسل - ُم ْستَ ْسلِ ُمْو َن َم penyerahan total kepada Allah. Berasal dari kata ‘saliim’ م ِسلَ يْ yang berarti bersih dan suci. Berasal dari ‘salam’ َسالَ berarti selamat dan sejahtera. Dihubungkan dengan pengertian Islam bahwa kesehatan mental dari sisi perspektif Islam merupakan suatu kemampuan diri individu dalam mengelola terwujudnya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.. Karakteristik Kesehatan Mental Terhindar dari gangguan jiwa. Terdapat 2 Kondisi kejiwaan yang terganggu yang berbeda satu sama lain, menurut Darajat yaitu gangguan jiwa dan penyakit jiwa . Ada perbedaandiantara dua istilah tersebut. Pertama, neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sementara psikose tidak, individu dengan psikose tidak mengetahui masalah/kesulitan yang tengah dihadapinya. Kedua, kepribadian neurose tidak jauh dari realitas dan masih mampu hidup dalam realitas dan alam nyata pada umumnya, sedangkan kepribadian psikose terganggu baik dari segi tanggapan, perasaan/emosi, serta dorongan-dorongannya, sehingga individu dengan psikose ini tidak memiliki integritas sedikitpun dan hidup jauh dari alam nyata. Mental yang sehat merupakan mental yang terhindar baik dari gangguan mental, maupun penyakit mental. Dalam hal ini, individu dengan mental yang sehat, mampu hidup di alam nyata dan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Mampu menyesuaikan diri. Penyesuain diri adalah proses dalam memperoleh/pemenuhan kebutuhan , sehingga individu mampu mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu melalui alternatif cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik apabila ia mampu mengatasi kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya, secara wajar, tidak Kesehatan Mental| 13 merugikan diri sendiri dan lingkungannya, dan sesuai dengan norma sosial dan agama. Mampu memanfaatkan potensi secara maksimal Selain mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan berbagai alternatif solusi pemecahannya, hal penting lainnya yang merupakan indikasi sehat secara mental adalah secara aktif individu mampu memanfaatkan kelebihannya. Yaitu dengan cara mengeksplor potensi semaksimal mungkin. Memanfaatkan potensi secara maksimal dapat dilakukan dengan keikut sertaan secara aktif oleh individu dalam berbagai macam kegiatan yang positif serta konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. Misalnya dengan kegiatan belajar , bekerja, berorganisasi, olahraga, pengembangan hobi serta kegiatan-kegiatan positif lainnya yang mampu memicu eksplorasi potensi masing-masing individu. Mampu mencapai kebahagiaan pribadi dan orang lain Poin ini dimaksudkan pada segala aktifitas individu yang mencerminkan untuk mencapai kebahagiaan bersama. Memiliki perasaan aman, yang terbebas dari rasa cemas. Memiliki harga diri yang mantap. Spontanitas dalam kehidupan dengan memiliki emosi yang hangat & terbuka. Memilikui keinginan-keinginan duniawi yang wajar sekaligus seimbang, dalam artian mampu memuaskannya secara positif dan wajar pula. Mampu belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan oran lain. Tahu diri, yakni mampu menilai kekuatan dan kekurangan dirinya baik dari segi fisik maupun psikis, secara tepat dan obyektif. Mampu memandang fakta sebagai realitas dengan memperlakukannya sebagaimana mestinya . Toleransi terhadap ketegangan atau sres, artinya tidak panik saat menghadapi masalah sehingga tetap positif antara fisik, psikis, dan sosial. Memiliki integrasi dan kemantapan dalam kepribadiannya. Mempunyai tujuan hidup yang adekuat . Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman. Mampu menyesuaikan diri dalam batas-batas tertentu sesuai dengan norma-norma kelompok serta tidak melanggar aturan-aturan yang telah disepakati bersama atau aturan yang ditentukan dalam kelompok. Memiliki kemampuan untuk tidak teikat penuh oleh kelompok. Artinya memiliki pendirian sendiri sehingga mampu menilai baik-buruk maupun benar-salah mengenai kelompoknya. Menurut WHO, menyebutkan bahwa karakteristik mental yang sehat adalah sebagai berikut. Mampu belajar sesuatu dari pengalaman, 2. Mampu beradaptasi, 3. Lebih senang memberi daripada menerima, 4. Ruang Lingkup Kesehatan Mental Kesehatan mental dapat diterapkan pada remaja bahkan dapat di semua unit kehidupan sosial, misalnya lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan sosial pada umumnya. Penerapan serta pengembangan kesehatan mental di unit-unit sosial terorganisir ini didasarkan pada prinsip psikologis. Kesehatan Jiwa Remaja Masa remaja menurut World Health Organitation merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa; berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri pada masa remaja awal , masa remaja, . Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan biologis, psikologis, maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan ! sik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan . Seorang anak remaja tidak lagi didapat sebagai anak kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa. Kesehatan Mental dalam Keluarga Penerapan kesehatan mental dalam keluarga sangat penting untuk tercapainya suasana yang harmonis antar anggota keluarga. Apabila hubungan interpersonal keluarga misalnya, antar suami-istri, orangtua-anak, atau antar saudara kurang harmonis, maka dalam keluarga tersebut akan tercipta iklim psikologis yang tidak kondusif dan tidak nyaman. Contohnya, sikap permusuhan, sibling rivalry yang tidak sehat sehigga meneyebabkan iri hati , terjadinya pertengkaran, tidak memperhatikan nilai-nilai moral. Suasana yang demikian kemudian dapat menyebabkan individu dalam keluarga, khususnya anak mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan dalam perkembangan untu mencapai mental yang sehat. Sehingga sangatlah penting bagi suami istri dalam mengelola keluarga untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam keluarga terutama bagi anak. Kesehatan Mental di Sekolah Jika kesehatan mental di dalam keluarga dipengaruhi oleh iklim psikologis dalam keluarga, maka kesehatan mental di sekolah didasarkan pada asumsi bahwa «perkembangan kesehatan mental peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio emosional di sekolah.» Pengetahuan serta pemahaman pimpinan sekolah, para guru, terutama guru BK atau konselor tentang Kesehatan Mental| 17 kesehatan mental sangatlah penting. Pimpinan dan para guru dapat menciptakan iklim kehidupan sekolah, baik fisik, emosional, sosial, mapun moral spiritual dalam rangka perkembangan kesehatan mental siswa yang optimal. Di sisi lain dapat pula memantau gejala gangguan mental para siswa sejak dini. Dengan pemahaman akan kesehatan mental siswa, guru dapat memahami masalah kesehatan mental yang dapat ditangani sendiri serta masalah yang membutuhkan penanganan khusus yang dapat dirujuk kepada para ahli yang lebih profesional. Para guru di SLTP dan SLTA penting dalam memahami kesehatan mental siswanya yang berada pada masa transisi. Kesehatan Mental di Tempat Kerja Peranan penting lingkungan kerja dalam kehidupan manusia, juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Lingkungan kerja tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah, ajang persaingan bisnis, dan peningkatan kesejahteraan hidup, tetapi juga menjadi sumber stres yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang yang berinteraksi di tempat tersebut, misalnya individu yang terkait di dalamnya diantaranya adalah pejabat, pimpinan, pegawai atau karyawan. Masalah yang mengakibatkan gangguan mental di tempat kerja, diantaranya diakibatkan oleh stres. Stres yang sering muncul di lingkungan kerja, diantaranya adalah: a. Kekecewaan atas kurang terjaminnya kesejahteraan, dalam hal ini, honor atau gaji serta tunjangan yang diterima tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari b. Konflik di tempat kerja dengan personil lainnya, contohnya dengan atasan, kolega atau dengan partner c. Pekerjaan yang sedang dijalani tidak sesuai dengan passion serta kemampuan dirinya 18| Diana Vidya Fakhriyani d. Kompetisi atau persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar pimpinan atau karyawan e. Beban kerja yang terlalu berat, terlebih tidak sebanding dengan honor yang dibayarkan f. Lingkungan kerja yang kurang kondusif, misalnya terlalu bisng, kotor, sumpek, ventilasi udara yang tidak ideal.


Kesimpulan

Kesehatan mental adalah kondisi integral dari kehidupan seseorang yang mencakup aspek pemikiran, perasaan, penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah. Hal ini juga mencakup kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan, mengelola stres, dan membuat keputusan yang tepat. Menurut berbagai sumber, kesehatan mental mencerminkan keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan, kebahagiaan diri sendiri dan orang lain, serta keterlibatan dalam aktivitas yang positif dan konstruktif. Karakteristik kesehatan mental meliputi kemampuan untuk mengatasi gangguan mental dan penyakit mental, penyesuaian diri yang baik dalam memenuhi kebutuhan serta menangani stres, penggunaan potensi secara maksimal, mencapai kebahagiaan pribadi dan bersama, memiliki perasaan aman dan harga diri yang mantap, serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan beradaptasi dengan berbagai situasi. Kesehatan mental juga mencakup kemampuan untuk memandang fakta sebagai realitas dan menyesuaikan diri dengan norma sosial dan agama. Penerapan kesehatan mental dapat dilakukan di berbagai unit kehidupan sosial, termasuk keluarga, sekolah, dan tempat kerja. Kesehatan mental dalam keluarga menciptakan suasana yang harmonis antara anggota keluarga, sementara di sekolah, iklim sosio-emosional yang kondusif dapat membantu perkembangan kesehatan mental siswa. Di tempat kerja, lingkungan yang mendukung dan mengurangi stres dapat mencegah gangguan mental pada karyawan. Dalam konteks Islam, kesehatan mental mencerminkan kemampuan individu untuk mengelola keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan dan penyesuaian dengan lingkungan, didasarkan pada ajaran Al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup.





DAFTAR PUSTA 

Fakhriyani, Diana Vidya. "Kesehatan mental." Pamekasan: duta media publishing (2019): 11-13.

Indarjo, Sofwan. "Kesehatan jiwa remaja." Jurnal Kesehatan Masyarakat 5.1 (2009).

Ariadi, Purmansyah. "Kesehatan mental dalam perspektif Islam." Syifa'MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan 3.2 (2019): 118-127.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAJIAN ESTETIKA WARNA DALAM DESAIN

ANALISIS DAN KESIMPULAN LAGU TIKUS TIKUS KANTOR IWAN FALS (BAGIAN KERANGKA TEORITIK,ANALISIS DAN KESIMPULAN)

Hidup menjadi lebih baik dengan DKV